Oleh : Yani Sumanti
![]() |
Mba Luci Sang Petualang |
Berpetualang biasanya milik kaum adam. Tetapi dengan kemajuan pola berpikir dan emansipasi wanita, ternyata berpetualang juga bisa milik perempuan.
Berikut petualangan perempuan bersama Sang Petangguh Daihatsu Terios 7 Wonders dari Sawarna hingga Pulau Komodo yang dilaksanakan sejak 1 Oktober hingga 14 Oktober 2013 yang lalu.
Terios 7 Wonders
adalah program promosi Daihatsu yang dilakukan untuk memperkenalkan dan
menguji ketahanan mobil Terios di daerah-daerah wisata di Indonesia.
Sesuai dengan taglinenya “Sahabat Petualang” dan temanya tahun ini “Hidden Paradise”,
tujuh mobil Terios akan berpetualang ke tujuh destinasi tersembunyi
yang terletak di sepanjang Pulau Jawa, Lombok, Sumbawa, dan berakhir di
Pulau Komodo. Asik yah, gimana bisa nolak coba? Just FYI, ini adalah
perjalanan kedua Terios 7 Wonders, tahun lalu mereka kelililing Sumatera
dengan tema “Sumatera Coffee Paradise”.
![]() |
Narsis dulu sebelum berangkat |
Ini dia itinerary selama empat belas hari yang akan saya lewati:
*)destinasi yang tebalkan adalah destinasi Hidden Paradise Terios 7 Wonders
Hari 1: Jakarta – Ciawi – Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Bayah – DESA SAWARNA (1)
Hari 2: Sawarna – Bayah – Sukabumi – Bandung – Tasikmalaya – Banjar – Wangan - Kebumen – Purworejo – Yogyakarta
Hari 3: Yogyakarta – MERAPI – Desa Kinahrejo (2)
Hari 4: Yogyakarta – Wonogiri – Trenggalek – Tulungagung – Blitar – Malang
Hari 5: Malang – TENGGER – Desa Ranupani (3)
Hari 6: Tengger – Lumajang – Jember - Bondowoso – Taman Nasional BALURAN, Situbondo (4)
Hari 7: TN Baluran – Denpasar (menyeberang via Pelabuhan Ketapang – Gilimanuk)
Hari 8: Denpasar – Lombok (menyeberang via Pelabuhan Padang Bai – Lembar)
Hari 9: Lombok – DESA SADE, Rambitan, Lombok Tengah (5)
Hari 10: Lombok – Sumbawa (menyeberang via Pelabuhan Kayangan – Pototano) – Dompu
Hari 11: DOMPU, Sumbawa (6) – Bima – Sape – Labuan Bajo (menginap di kapal penyebrangan)
Hari 12: Labuan Bajo
Hari 13: Labuan Bajo – PULAU KOMODO (7) *, ada divingnya!*
Hari keberangkatan (Selasa, 1 Oktober 2013): Sentul – Sawarna, Bayah, Banten.
Insomnia
selalu melanda ketika keesokan harinya mereka akan traveling atau akan
menghadapi sesuatu yang penting. Ada yang sering kaya gitu juga nggak?
Teorinya, tidur cukup sebelum road trip
menjadi syarat mutlak supaya stamina tubuh tetap terjaga selama
perjalanan panjang. Kenyataannya meskipun sudah
membersihkan koper dari satu minggu sebelumnya, tetap saja mereka packing
di jam-jam terakhir sebelum berangkat.
Tapi, meskipun tidurnya nggak cukup, semangat mereka tak pernah padam *nyanyi lagu Sandy Sandhoro*. Mereka bergabung jam enam pagi dengan beberapa teman lain di pom bensin
Gatot Subroto untuk kemudian berangkat ke tempat keberangkatan seluruh
tim di Sentul City.
Rute Menuju Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Banten.
Perjalanan ke Sawarna kali ini membuat
tubuh mereka letih sekali. Namun, mereka beruntung bisa satu mobil dengan
tiga orang yang I found later that they’re really crazy and know to have
fun. Yang bikin tambah seneng, tidur di kursi belakang nyenyak banget karena guncangannya nggak terasa. suspensinya Terios disetting empuk.
![]() |
Resiko Makan Bareng Bersama Cowok-cowok Tangguh |
Rute yang dipilih oleh tim Terios 7 Wonders menuju Sawarna ini adalah
rute-rute jalan pintas yang kondisinya bisa dibilang agak ekstrim untuk
mobil Terios. Kami melewati jalur Sentul – Pamoyanan – Cijeruk – Lido –
Cicurug – jalur alternatif Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Citepus –
Cisolok – Bayah – Desa Sawarna. Jalan yang berliku dan menanjak pun
menjadi makanan tujuh mobil Terios ketika mulai melewati jalur
alternatif. Deg-degan? Banget! Tapi semuanya terbayar ketika pemandangan
laut di pinggir tebing mulai memanggil-manggil. Bentangan sawahnya juga
tak mau kalah membuat mata yang kriyep-kriyep ini menjadi segar
kembali.
![]() | ||
Terios Sang Petangguh di Segala Medan |
Setelah melewati banyak tanjakan dan
tikungan yang cukup ekstrim, sebenarnya mereka masih penasaran apakah
benar mobilnya sesanggup itu. Karena sebagai penumpang di mobil sweeper, mereka terlalu sering melihat mobil lain berhenti. Selain karena
kebutuhan untuk shooting, tentunya karena tanjakan dengan kondisi jalan
rusak dan berbatu.
I found later that the cars wasn’t ready
enough. Mobil yang dipakai untuk jalan jauh selama empat belas hari
harus digunakan minimal 200km (setara dengan Jakarta- Bandung PP) dulu
sebelum dipakai untuk road trip selama empat belas hari.
Kehidupan di Desa Sawarna.
Perjalanan panjang selama tujuh jam
akhirnya terbayar. Semilir angin sore dan keramahan penduduk setempat
menyambut kedatangan mereka di Desa Sawarna, Bayah, Banten. Sebelum
menaruh koper-koper ke dalam kamar, mereka dan seluruh anggota tim
jalan-jalan di sekitar desa hingga ke pantainya. Karena ini adalah kali
kedua mereka mengunjungi Sawarna, potret kehidupan di desa terlihat lebih
menarik untuk mereka daripada harus terburu-buru melangkahkan kaki ke
kawasan wisatanya.
Sama seperti desa pada umumnya, ritme kehidupan di Sawarna sangat lambat
untuk orang yang terbiasa tinggal di Jakarta seperti . Para wanita
sedang santai di halaman rumah masing-masing, ada yang bersenda gurau,
ada yang menjaga warungnya, ada yang baru selesai mandi, ada yang sedang
memperhatikan anaknya bermain, dan ada yang duduk-duduk saja sambil
melemparkan senyum ke arah saya dan teman-teman tim Terios 7 Wonders.
![]() |
Dua Anak Perempuan Calon Petualang di Masa Datang |
![]() |
Bale-bale tempat bersantai |
Fakta tentang Sawarna:
- Sawarna itu adalah nama DESA, bukan PANTAI. Nama pantai-pantai yang ada di Desa Sawarna adalah: Pantai Ciantir/Pasir Putih, Pantai Tanjung Layar, Pantai Legon Pari, dan Pantai Karang Taraje.
- Pantai-pantai di Desa Sawarna adalah jenis pantai selatan yang berbahaya untuk dipakai berenang, namun cocok untuk dipakai surfing karena berombak. Jika anda membawa anak-anak, pastikan mereka bermain jauh dari bibir pantai.
- Selain terkenal dengan pantai-pantainya, Sawarna terkenal dengan bentangan sawahnya yang hijau dan luas serta goa tempat peristirahatan kalelawar: Goa Lalay dan goa yang dulunya sempat menjadi tempat peristirahatan pasukan Jepang saat perang: Goa Langir.
- Penginapan di Sawarna harus dibooking dari jauh-jauh hari jika anda merencanakan liburan di antara bulan Juni-Juli dan liburan tahun baru. Selain pada waktu-waktu tersebut, Sawarna sangat sepi, bahkan tergolong “kosong turis”.
- Meskipun ber-tagline “Kawasan Wisata Ramah Lingkungan”, masih terdapat banyak sampah di pantai dan kendaraan bermotor yang lalu lalang di sekitar desanya. Tak jarang juga vandalisme terjadi di tempat-tempat wisatanya.
![]() |
Pantai Tanjung Layar |
Hari ke-2 (Selasa 2, Oktober 2013): Sawarna – Yogyakarta.
Dua hari pertama duduk di mobil selama lebih dari sepuluh bikin mereka
pengen nangis dan sempet bikin mereka pengen pulang. Tubuh mereka belum bisa
beradaptasi. Beberapa kali mereka merasakan eneg yang luar biasa dan
akhirnya jackpot satu kali dalam lima belas jam perjalanan menuju Jogja.
*kesiksa banget buat yang orang yang jarang muntah*
Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari ketika mereka melangkahkan kaki di Hotel Amaris, Yogyakarta. Perjalanan sepanjang 840 km lebih ini (start dari Sentul) selama
dua hari ini membunuh raga dan mental mereka.
![]() |
Narsis Dulu Bersama Sahabat Terios 7 Wonders Lainnya |
Tari Jathilan menjadi pembuka pagi kami di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman. Paduan
gamelan, satu set drum, dan penari yang memakai kostum warna-warni
menarik perhatian anak-anak kecil setempat. Langit pagi itu agak mendung
dan anak-anak terlihat sangat betah melihat tarian yang menceritakan
tentang kegagagahan pahlawan-pahlawan kita menunggangi kuda pada saat
melawan penjajah Belanda. Setelah suguhan kesenian tradisional khas Jawa Tengah itu selesai, Daihatsu melakukan simbolisasi penanaman sepuluh ribu pohon sebagai bentuk Corporate Social Responsibility di lahan yang terkena muntahan lava Merapi.
![]() | ||
Tari Jathilan Kesenian Tradisional Asli Jawa Tengah |
Desa Kinahrejo yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta menjadi pilihan destinasi Hidden Paradise
ke-2 dalam perjalanan Terios 7 Wonders. Kenapa? Karena desa wisata ini
terkenal sebagai tempat tinggal alm. Mbah Maridjan, juru kunci Gunung
Merapi yang meninggal ketika erupsi Merapi tahun 2010. Untuk
mengelilingi desa yang sekarang sudah berubah menjadi area bukit pasir
ini, Merapi Land Cruiser Community menyewakan jeep untuk para turis.
Setelah diujicoba melewati jalur ekstrim Pelabuhan Ratu – Sawarna, tujuh Daihatsu Terios
diajak kembali melewati rute bebatuan dan berpasir. Awalnya, jalanan
menuju rumah alm. Mbah Maridjan masih normal dan beraspal. Sisanya?
Butuh kelihaian pengemudi karena jalanannya licin dengan tebing pasir di
kanan kirinya. Kontur medannya pun tidak rata, banyak tanjakan dan
turunan yang membuat jantung agak dagdigdug. Ketika lava tour, kita juga
sempat melewati jalur berkelok-kelok dengan jurang besar berisi mobil
pengeruk pasir yang sedang bekerja. Untungnya, anggota tim Terios 7
Wonders ini adalah jurnalis-jurnalis otomotif yang sudah sering menjajal
performa mobil seperti di acara Top Gear, mereka dan teman-teman blogger
pun bisa duduk anteng sambil bercanda via HT. Haha..
Hari ke-3 (Rabu, 3 Oktober 2013): Yogyakarta – Desa Kinahrejo, Cangkringan.
Setelah selesai bertualang di medan pasir, mereka dan teman-teman tim Terios 7 Wonders mengunjungi Museum
Sisa Hartaku, letaknya di Desa Kepuharjo, sekitar 5 menit perjalanan
dengan mobil dari Desa Kinahrejo. Museum ini dulunya adalah rumah Pak
Riyanto dan keluarga.
Ketika memasuki halaman depan, tim langsung disambut dengan rangka besi motor Suzuki
yang sudah berkarat dan tulang belulang sapi. Menurut Mas Widodo, adik
Pak Riyanto yang ditugaskan menjaga museum dan menjadi guide kami saat
itu, sapi yang rangkanya dipajang di depan rumah mempunyai arti penting.
Dari sapi itulah Pak Riyanto bisa membangun rumah dan menghidupi
keluarganya.
![]() |
Harta Karun Pak Riyanto |
Museum ini tidak memungut biaya, pengunjung yang datang bisa memberi
uang seikhlasnya di kotak sumbangan. Seneng deh melihat masih ada yang
peduli untuk mendirikan museum walau sebenarnya keluarga Mas Riyanto
bisa mendapatkan uang dari barang-barang rongsokannya.
Meskipun singkat karena harus segera bergabung dengan tim, kunjungan
ke desa ini membawa mereka bernostalgia ke tiga tahun lalu. Mereka dan
beberapa teman lain pernah menjadi saksi mati erupsi Merapi. Kami
membantu aparat-aparat lokal untuk mengungsikan warga dan
mendistribusikan bantuan berupa pakaian dan makanan. Betapa susahnya membujuk warga untuk mengungsi, lega rasanya waktu
tau kalau Pak Riyanto dan keluarga bukan termasuk orang yang susah untuk
diajak pindah ke barang pengungsian. Kalau mereka tidak mengungsi ke
barak pengungsian tiga tahun lalu, mungkin museum ini tidak pernah ada.
![]() |
Merapi Area Sebelum dan Sesudah Erupsi |
Meskipun mereka sudah pernah mengunjungi desa yang terletak di kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru, mereka masih saja teriak-teriak kegirangan
seperti anak kecil sepanjang perjalanan dari Malang menuju tempat syuting film 5cm itu. Begini nih noraknya kalau anak kota pergi ke desa!
![]() |
Semeru From Distance |
Perjalanan menuju kediaman Suku Tengger membuat bulu kuduk mereka merinding. Selain
karena suhu udara yang sudah mulai menurun, langit sudah gelap ketika tim melewati Lumajang. Seharusnya, jalan menuju Desa Ranupani bisa
ditempuh lebih singkat jika lewat Tumpang, namun sayang
saat itu jalan sedang diperbaiki dan tim harus memutar dan menambah
dua jam lagi lewat Lumajang. Perempuan yang biasanya cerewet di mobil
mendadak diam ketika memasuki gerbang “Selamat Datang di Kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru”. Apalagi waktu tim kami memutuskan untuk
turun dan foto-foto sebentar. Suasana makin senyap, mobil lain pun sudah
jauh menghilang di depan.
![]() |
Jalan Berliku Saat menuju Lumajang |
Di Ranupani:
“Kalo ke Bromo udah biasa, semua orang tau Bromo. Kalo orang
nggak naik Semeru, biasanya jarang ada yang emang sengaja ke Ranupani.” Jawaban
Om Toni membuat mereka tersenyum. Mendapat kesempatan bisa berkemah di
bawah jutaan bintang di pinggir Danau Ranupani adalah salah satu
pengalaman yang paling menyenangkan. Karena akan lebih banyak tinggal di
hotel selama road trip, bisa tinggal dekat dan berinteraksi dengan
warga lokal menjadi sebuah kemewahan dalam perjalanan ini. Thank you for
choosing the right hidden paradise, Terios!
Kembali menuju destinasi selanjutnya: Baluran!
Hari ke-6 & 7 (6-7 Oktober 2013): Desa Ranupani – Taman Nasional Baluran.
Selepas berdingin-dingin ria di kaki Gunung Semeru, saya dan tim Terios 7 Wonders menuju destinasi Hidden Paradise
ke-4 yang panasnya bisa mencapai 35-38 derajat celcius. Kali ini, si
putih bisa istirahat sebentar karena meskipun jalan menuju Baluran
adalah campuran jalan aspal, trail, dan bebatuan kerikil, jalannya
cenderung rata dan tidak banyak tanjakan atau turunan.
Bertolak belakang dengan Desa Ranupani yang menyuguhkan hamparan
permadani hijau, jalan masukmenuju Taman Nasional Baluran dipenuhi
dengan pepohonan yang sudah meranggas dan hanya menyisakan
ranting-ranting seperti baru terbakar. Yang ada hanya warna coklat dan
kuning di sepanjang kanan kiri jalan. Saking kering dan rentannya
terhadap api, Mumun yang sudah tiga kali ke sini dan Om Toni (team leader) selalu mengingatkan kepada semua peserta agar tidak membuang puntung rokok sembarangan karena bisa memicu kebakaran.
Karena hari sudah gelap ketika sampai di Baluran, mereka dan teman-teman
lain hanya bisa melihat kilatan-kilatan mata rusa dan kerbau dari
kejauhan ketika Pak Indra, salah satu guide mengajak kami untuk safari
malam di Savana Bekol.
“Kapan savananya berubah jadi hijau Pak?” Karena tidak nyaman berjalan dalam gelap, saya memilih berkonsentrasi dengan cerita Pak Indra.
“April sampai Oktober itu masih musim kemarau di sini. Sisanya baru bisa hijau, terutama bulan Desember-Januari.”
Menurut Pak Indra, padang rumput yang hijau sudah jarang bisa ditemukan
di Baluran, pohon-pohon meranggas karena panas yang berkepanjangan.
Sebagai gantinya, semak belukar, bunga kapasan, dan pohon-pohon akasia
tumbuh memenuhi Savana Bekol.
Pak Indra juga menambahkan, selain kebakaran, hal yang rawan terjadi
adalah perburuan satwa. Para pemburu biasanya masuk dari
perbatasan-perbatasan tanpa izin. Tetapi pemburu-pemburu itu berhasil
ditangkap karena petugas selalu melakukan patroli.
“Baluran itu surganya mahasiswa
Biologi. Mahasiswa ITB sering penelitian di sini, mulai dari merhatiin
binatang-binatangnya sampe neliti tanahnya. Asik banget bisa liat merak
langsung di alam bebas.”
Meskipun kondisinya sangat minim dan menurut agak tidak terurus,
sarana dan prasarana yang ada di Africa van Java ini sudah termasuk
lengkap. Ada pusat informasi, wisma penginapan, camping ground, mushola,
toilet umum, jalan menuju hutan mangrove, menara pandang untuk melihat
savana dari atas, dan pesanggrahan untuk sekedar duduk melihat
sunrise/sunset.
Hari ke-8 & 9 (8 Oktober 2013): Denpasar – Mataram (via Pelabuhan Padang Bai – Lembar).
“Horeee, kita ke Lombok!” Mereka berseru kegirangan ketika mobil kami akhirnya memasuki Pelabuhan Padang Bai untuk segera menyeberang ke Lombok. Selama di Bali,
sinyal operator saya bertuliskan 3G tapi nggak bisa browsing atau akses
internet lainnya. Ternyata, kami sampai di Bali berbarengan dengan
meeting tahunannya APEC. Jadi rebutan sinyal deh sama petinggi-petinggi
negara itu.
Somewhere near Padang Bai.
Jejeran si putih selalu cantik kalau difoto!
Mereka dan tim Terios 7 Wonders bisa bersantai dua
hari terakhir ini karena kerjaan kami cuma nyebrang antar pulau. Tujuh
mobil yang setia mengantar kami pun bisa istirahat setelah seminggu
kemarin dibawa ke tempat-tempat dengan jalan yang ekstrim. Tapi rasanya
ada yang aneh. Karena terbiasa dipadati dengan itinerary mengejar
destinasi, diam di kapal selama lima jam perjalanan Bali-Lombok
membuat mereka agak linglung. Ngobrol udah, nulis udah, tidur udah, mau
nulis di laptop tapi bikin cepet pusing, dan alhasil, mereka nonton
episode season terbaru How I Met Your Mother, lumayan bikin
ketawa-ketawa sendiri di tengah laut.
Sesampainya di Lombok, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Tim pun langsung menuju tempat makan terdekat dari bandara. Thank God,
we found Rumah Makan & Lesehan Taliwang Kania at Jl. Panca Usaha,
near the harbour. Karena sudah di Lombok, ayam taliwang menjadi menu
wajib yang kami pesan. Rasanya? Jangan coba-coba memesan yang versi
panggang kalau kamu tidak tahan dengan pedasnya lombok Mataram. Pesen
yang versi ayam gorengnya saja karena sambalnya dipisah.
I heart Mataram! Waktu pertama kali menginjakan kaki di provinsi Nusa Tenggara Barat
ini setahun lalu, mereka menginap di daerah Senggigi yang sangat sepi.
Berbeda dengan daerah pinggir lautnya, saya bisa merasakan detak jantung
kotanya ketika menginap di Mataram. Tim setuju dengan pendapat Mumun
yang mengatakan “Mataram itu lebih cocok ditempati daripada dikunjungi.” karena tata kotanya rapih.
Sore itu, semua mobil
masuk ke bengkel di dealer Daihatsu cabang Mataram dan kami punya waktu
bebas yang cukup panjang. Ada yang bobok-bobok cantik, pergi jalan-jalan
di sekitar taman, dan saya memilih untuk istirahat sebentar lalu
jogging sore. Lumayan dapet 6,5 km. Buat kamu yang suka lari, semua
jalan raya di Mataram enak banget buat dijadiin track lari, bahkan jalan
rayanya masih bersahabat sekali. Kalau mau yang light, kamu juga bisa
lari di Taman Sangkareang yang terletak di Jalan Langko, persis depan Hotel Santika.
Kehidupan pagi hari di Pelabuhan Padang Bai.
Selama perjalanan menuju timur, cuaca selalu cerah. We’re lucky!
Pemandangan dari atas dek kapal.
The other side of the deck. Spot yang tidak terkena matahari menjadi spot favorit untuk duduk.
Hari ke-10 (10 Oktober 2013): Lombok – Sumbawa (menyeberang via Pelabuhan
Kayangan – Pototano).
Pagi itu, pukul delapan waktu Indonesia
bagian tengah, kami pergi melanjutkan perjalanan ke Pulau
Sumbawa.
Dompu, kota yang terletak di timur Pulau Sumbawa menjadi destinasi Terios 7 Wonders
Hidden Paradise
selanjutnya. Sebelum melewati Selat Alas menuju Sumbawa, tim menuju
Pelabuhan Kayangan, letaknya sekitar 2 jam melewati Praya (Lombok Barat) ke arah Lombok Timur.
Lombok tidak hanya membuat mereka jatuh hati dengan desa dan pantai-pantai tersembunyinya, tetapi
juga dengan jalan, tata kota, dan panorama
pelabuhannya. Menurut pengamatan mereka, kapal penye
berangan dari Lombok
ini termasuk yang paling bersih dari kapal-kapal penyeberangan dari Jawadan Bali. Mungkin karena jumlah penumpangnya lebih sedikit dan kapalnya lebih kecil?
Karena perjalanan Lombok – Sumbawa hanya memakan waktu sekitar satu setengah jam, mereka
memutuskan untuk berkeliling kapal dan memotret. Ketika mereka menghampiri beberapa teman
di samping kapal, ada dua orang backpacker berwajah Eropa yang menarik perhatian mereka
Mereka adalah satu-satunya turis luar yang ada di kapal saat itu.
Pemandangan Gunung Rinjadi dalam perjalanan menuju Pelabuhan Kayangan.
Sebentar-sebentar berhenti, Lombok terlalu cantik untuk nggak difoto!
Pedagang asongan yang sudah standby sejak matahari terbit.
Warna-warni dermaga Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur.
A beautiful yellow bench, my favorite spot on the ship.
View from behind the captain’s wheel.
Goodbye Lombok, Hello Sumbawa!
.
My last catch of Lombok’s view.
Bertemu
pasangan dari Belanda yang sedang berlibur di Indonesia selama 2
minggu.
After Jogja & Bali, they’re heading to Labuan Bajo, East
Nusa Tenggara.
Mumun dan Mas Puput menjelaskan spot-spot menarik di Flores yang bisa dikunjungi dua turis
Dermaga Pelabuhan Pototano, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Si putih akhirnya sampai di pulau ke-4!
Bersiap-siap menuju Dompu
Hari Ke-11 sd 14 ( 11 sd 14 Oktober 2013)
Menikmati Alam dan Susu Kuda Liar Sumbawa
Setibanya di Sumbawa setelah melakukan penyebrangan dengan kapal ferry
selama 4 jam, rombongan Sahabat Petualang Terios langsung tancap gas
menuju kota Dompu untuk mengejar waktu agar tidak terlalu malam tiba di
penginapan rombongan di sana. Sepanjang perjalanan menuju
Dompu, rombongan kembali dibuat kagum oleh keindahan alam Indonesia.
![]() |
Jalanan berliku dengan pemandangan pesisir pantai menemani rombongan . Malamnya rombongan tiba di Hotel
Aman Gati Dompu untuk beristirahat.
Jumat (11/10) pagi, rombongan langsung melanjutkan perjalanan ke kota Bima. Namun sebelumnya rombongan yang mengendarai 7 unit Daihatsu Terios ini terlebih dulu singgah ke desa Palama untuk mengunjungi pemerahan susu kuda liar. Anak-anak sekolah setempat dengan ramah menyambut kedatangan para Sahabat Petualang Terios.
![]() |
Saat makan siang di tengah perjalanan menuju Bima, rombongan kedatangan tamu puluhan Daihatsu Feroza dari komunitas Feroza Fans Club. Setelah sempat melakukan foto bersama, mereka pun mengawal rombongan kami menuju Pelabuhan Sape untuk kami menyebrang ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

Daihatsu Terios Jelajahi Pulau Komodo

Dengan ini berakhir sudah rangkaian perjalanan yang diikuti oleh 7 jurnalis dan 7 travel blogger dengan 7 unit Daihatsu Terios. Rombongan menempuh jarak lebih dari 2500 kilometer.
Perjalanan para Sahabat Petualang menuju Pulau Komodo dimulai dengan bertolak dari Labuan Bajo sebelum matahari tebit, tepatnya pada pukul 05.00 WITA. Dan setelah menempuh perjalanan laut selama 5 jam, tibalah rombongan di pulau tempat bersarangnya binatang-binatang yang menjadi inspirasi Kak Seto dalam membuat serial Si Komo itu.
Di sini, para jurnalis berpisah dengan para blogger yang memiliki agenda acara berbeda. Para jurnalis pun menjelajah Pulau Komodo pada siang harinya dengan dipandu oleh dua orang ranger. Karena terbatasnya waktu, rombongan memilih untuk menjalani Short Trek (tour jarak pendek).
Sepanjang tur rombongan diajak berkeliling melalui jalur pantai dan bukit yang tandus. Rombongan berhasil menjumpai 5 ekor komodo selama tur. Sayangnya, semua komodo yang dijumpai tidak menunjukkan aktivitas apapun dan hanya berbaring di bawah pohon.
Tidak hanya komodo yang rombongan temui selama tour, beberapa ekor rusa juga dengan bebasnya berkeliaran di sekitar rombongan dan komodo. Menurut yang para ranger kepada para Sahabat Petualang Terios, rusa adalah salah satu mangsa utama dari komodo yang populasinya saat ini sekitar 2000 ekor.
Usai tur rombongan pun kembali menyeberang ke Labuan Bajo untuk mengakhiri hari dan beristirahat, sebelum kembali ke Jakarta esok harinya dan mengakhiri rangkaian Terios 7 Wonders Hidden Paradise.
![]() |
Perjalanan para Sahabat Petualang menuju Pulau Komodo dimulai dengan bertolak dari Labuan Bajo sebelum matahari tebit, tepatnya pada pukul 05.00 WITA. Dan setelah menempuh perjalanan laut selama 5 jam, tibalah rombongan di pulau tempat bersarangnya binatang-binatang yang menjadi inspirasi Kak Seto dalam membuat serial Si Komo itu.
![]() ![]() |
Di sini, para jurnalis berpisah dengan para blogger yang memiliki agenda acara berbeda. Para jurnalis pun menjelajah Pulau Komodo pada siang harinya dengan dipandu oleh dua orang ranger. Karena terbatasnya waktu, rombongan memilih untuk menjalani Short Trek (tour jarak pendek).
![]() ![]() |
Sepanjang tur rombongan diajak berkeliling melalui jalur pantai dan bukit yang tandus. Rombongan berhasil menjumpai 5 ekor komodo selama tur. Sayangnya, semua komodo yang dijumpai tidak menunjukkan aktivitas apapun dan hanya berbaring di bawah pohon.
![]() |
Tidak hanya komodo yang rombongan temui selama tour, beberapa ekor rusa juga dengan bebasnya berkeliaran di sekitar rombongan dan komodo. Menurut yang para ranger kepada para Sahabat Petualang Terios, rusa adalah salah satu mangsa utama dari komodo yang populasinya saat ini sekitar 2000 ekor.
Usai tur rombongan pun kembali menyeberang ke Labuan Bajo untuk mengakhiri hari dan beristirahat, sebelum kembali ke Jakarta esok harinya dan mengakhiri rangkaian Terios 7 Wonders Hidden Paradise.
![]() |
Review yang super komplit...dan membanggakan kaum wanita ! Wanita berpetualang siapa takut ! Sukses Bu !
BalasHapus@Mba Krani Pratiwi : Makasih atas apresiasinya....wanita sekarang kan juga gaul...jadi petualang kan bukan milik kaum adam saja...kita juga bisa seperti mereka semampu dan sebisa kita !
HapusSalam Sukses buat kita semua !
Seru dan mengasyikan kelihatannya...jadi iri nih kalah sama perempuan !
BalasHapus@Ananda Hammam Pratama: So pasti seru dan mengasyikan ...liat aja hasil dari petualangannya berupa foto-foto yang aduhai ! Makasih udah mau singgah !
HapusManap deh reviewnya, semoga sukses kontesnya.
BalasHapusSalam,
@Mas Indara Kusuma Sejati: makasih atas apresiasinya.....sukses juga buat mas Indra KS....!
Hapusmantab mbak riview nya good luck ya salam .. kunjungi kami juga mbak http://kaarsa.blogspot.com/2013/11/menapak-tilas-perjalanan-sahabat.html
BalasHapus@Mas Sapar : Makasih udah mau singgah di blogku......siap meluncur ke lokasi ! semoga kita bisa sukses !
Hapuswow kren reviewnya ..super lengkap Bu...Semoga Sukses di Lombanya !
BalasHapusMakasih Pak Guru udah mampir di blognya Curat Coret Seorang Wanita ! Sukses Juga buat Pak Guru dan semua peserta Lomba Blog...semoga kita bisa kopdar di 50 Finalis...hehehe...berharap !
Hapustest drive nya gilaaa banyak banget tujuannya plus jalannya sangaat baguuus sekali (jelek) .wkwkwks terios kereen
BalasHapus