Kamis, 14 November 2013

Perempuan Berpetualang Bersama Daihatsu Terios, Kenapa Tidak?

Perempuan Berpetualang Bersama Daihatsu Terios, Kenapa Tidak?
Oleh : Yani Sumanti

Mba Luci Sang Petualang
Berpetualang biasanya milik kaum adam. Tetapi dengan kemajuan pola berpikir dan emansipasi wanita, ternyata berpetualang juga bisa milik perempuan. 

Berikut petualangan perempuan bersama Sang Petangguh Daihatsu Terios 7 Wonders dari Sawarna hingga Pulau Komodo yang dilaksanakan sejak 1 Oktober hingga 14 Oktober 2013 yang lalu.

Terios 7 Wonders adalah program promosi Daihatsu yang dilakukan untuk memperkenalkan dan menguji ketahanan mobil Terios di daerah-daerah wisata di Indonesia. Sesuai dengan taglinenya “Sahabat Petualang” dan temanya tahun ini “Hidden Paradise”, tujuh mobil Terios akan berpetualang ke tujuh destinasi tersembunyi yang terletak di sepanjang Pulau Jawa, Lombok, Sumbawa, dan berakhir di Pulau Komodo. Asik yah, gimana bisa nolak coba? Just FYI, ini adalah perjalanan kedua Terios 7 Wonders, tahun lalu mereka kelililing Sumatera dengan tema “Sumatera Coffee Paradise”.

Berikut petualangan 2 perempuan bersama 22 orang laki-laki (pengemudi, media dan blogger). Dilihat dari kuantitas peserta tentunya, perempuan menjadi kaum minorotas. Tapi mereka tangguh dalam berpetualang setangguh Daihatsu Terios dari Sawarna hingga menuju Pulau Komodo.

Narsis dulu sebelum berangkat
Ini dia itinerary selama empat belas hari yang akan saya lewati:
*)destinasi yang  tebalkan adalah destinasi Hidden Paradise Terios 7 Wonders
Hari 1: Jakarta – Ciawi – Sukabumi – Pelabuhan Ratu – Bayah – DESA SAWARNA (1)
Hari 2: Sawarna – Bayah – Sukabumi – Bandung – Tasikmalaya – Banjar – Wangan -  Kebumen – Purworejo – Yogyakarta
Hari 3: Yogyakarta – MERAPIDesa Kinahrejo (2)
Hari 4: Yogyakarta – Wonogiri – Trenggalek – Tulungagung – Blitar – Malang
Hari 5: Malang – TENGGER – Desa Ranupani (3)
Hari 6: Tengger – Lumajang – Jember -  Bondowoso – Taman Nasional BALURAN, Situbondo (4)
Hari 7: TN Baluran – Denpasar (menyeberang via Pelabuhan Ketapang – Gilimanuk)
Hari 10: Lombok – Sumbawa (menyeberang via Pelabuhan Kayangan – Pototano) – Dompu
Hari 11: DOMPU, Sumbawa (6) – Bima – Sape – Labuan Bajo (menginap di kapal penyebrangan)
Hari 12: Labuan Bajo
Hari 13: Labuan Bajo – PULAU KOMODO (7) *, ada divingnya!*
Hari 14: Pulau Komodo – Labuan Bajo – Jakarta

Hari keberangkatan (Selasa, 1 Oktober 2013): Sentul – Sawarna, Bayah, Banten.
Insomnia selalu melanda ketika keesokan harinya mereka  akan traveling atau akan menghadapi sesuatu yang penting. Ada yang sering kaya gitu juga nggak? Teorinya, tidur cukup sebelum road trip menjadi syarat mutlak supaya stamina tubuh tetap terjaga selama perjalanan panjang. Kenyataannya  meskipun sudah membersihkan koper dari satu minggu sebelumnya, tetap saja mereka packing di jam-jam terakhir sebelum berangkat.
Tapi, meskipun tidurnya nggak cukup, semangat mereka  tak pernah padam *nyanyi lagu Sandy Sandhoro*. Mereka bergabung jam enam pagi dengan beberapa teman lain di pom bensin Gatot Subroto untuk kemudian berangkat ke tempat keberangkatan seluruh tim di Sentul City.

Rute Menuju Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Banten.
Perjalanan ke Sawarna kali ini membuat tubuh mereka letih sekali. Namun, mereka  beruntung bisa satu mobil dengan tiga orang yang I found later that they’re really crazy and know to have fun. Yang bikin tambah seneng, tidur di kursi belakang nyenyak banget karena guncangannya nggak terasa. suspensinya Terios disetting empuk. 

Resiko Makan Bareng Bersama Cowok-cowok Tangguh
Rute yang dipilih oleh tim Terios 7 Wonders menuju Sawarna ini adalah rute-rute jalan pintas yang kondisinya bisa dibilang agak ekstrim untuk mobil Terios. Kami melewati jalur Sentul – Pamoyanan – Cijeruk – Lido – Cicurug – jalur alternatif Sukabumi  – Pelabuhan Ratu – Citepus – Cisolok – Bayah – Desa Sawarna. Jalan yang berliku dan menanjak pun menjadi makanan tujuh mobil Terios ketika mulai melewati jalur alternatif. Deg-degan? Banget! Tapi semuanya terbayar ketika pemandangan laut di pinggir tebing mulai memanggil-manggil. Bentangan sawahnya juga tak mau kalah membuat mata yang kriyep-kriyep ini menjadi segar kembali.

Terios Sang Petangguh di Segala Medan


Setelah melewati banyak tanjakan dan tikungan yang cukup ekstrim, sebenarnya mereka masih penasaran apakah benar mobilnya sesanggup itu. Karena sebagai penumpang di mobil sweeper, mereka terlalu sering melihat mobil lain berhenti. Selain karena kebutuhan untuk shooting, tentunya karena tanjakan dengan kondisi jalan rusak dan berbatu.
I found later that the cars wasn’t ready enough. Mobil yang dipakai untuk jalan jauh selama empat belas hari harus digunakan minimal 200km (setara dengan Jakarta- Bandung PP) dulu sebelum dipakai untuk road trip selama empat belas hari.

Kehidupan di Desa Sawarna.

Perjalanan panjang selama tujuh jam akhirnya terbayar. Semilir angin sore dan keramahan penduduk setempat menyambut kedatangan mereka di Desa Sawarna, Bayah, Banten. Sebelum menaruh koper-koper ke dalam kamar, mereka dan seluruh anggota tim jalan-jalan di sekitar desa hingga ke pantainya. Karena ini adalah kali kedua mereka mengunjungi Sawarna, potret kehidupan di desa terlihat  lebih menarik untuk mereka daripada harus terburu-buru melangkahkan kaki ke kawasan wisatanya.

Sama seperti desa pada umumnya, ritme kehidupan di Sawarna sangat lambat untuk orang yang terbiasa tinggal di Jakarta seperti . Para wanita sedang santai di halaman rumah masing-masing, ada yang bersenda gurau, ada yang menjaga warungnya, ada yang baru selesai mandi, ada yang sedang memperhatikan anaknya bermain, dan ada yang duduk-duduk saja sambil melemparkan senyum ke arah saya dan teman-teman tim Terios 7 Wonders.

Dua Anak Perempuan Calon Petualang di Masa Datang

Bale-bale tempat bersantai
Fakta tentang Sawarna:
  1. Sawarna itu adalah nama DESA, bukan PANTAI. Nama pantai-pantai yang ada di Desa Sawarna adalah: Pantai Ciantir/Pasir Putih, Pantai Tanjung Layar, Pantai Legon Pari, dan Pantai Karang Taraje.
  2. Pantai-pantai di Desa Sawarna adalah jenis pantai selatan yang berbahaya untuk dipakai berenang, namun cocok untuk dipakai surfing karena berombak. Jika anda membawa anak-anak, pastikan mereka bermain jauh dari bibir pantai.
  3. Selain terkenal dengan pantai-pantainya, Sawarna terkenal dengan bentangan sawahnya yang hijau dan luas serta goa tempat peristirahatan kalelawar: Goa Lalay dan goa yang dulunya sempat menjadi tempat peristirahatan pasukan Jepang saat perang: Goa Langir.
  4. Penginapan di Sawarna harus dibooking dari jauh-jauh hari jika anda merencanakan liburan di antara bulan Juni-Juli dan liburan tahun baru. Selain pada waktu-waktu tersebut, Sawarna sangat sepi, bahkan tergolong “kosong turis”.
  5. Meskipun ber-tagline “Kawasan Wisata Ramah Lingkungan”, masih terdapat banyak sampah di pantai dan kendaraan bermotor yang lalu lalang di sekitar desanya. Tak jarang juga vandalisme terjadi di tempat-tempat wisatanya.
Pantai Tanjung Layar
Hari ke-2 (Selasa 2, Oktober 2013): Sawarna – Yogyakarta.
Dua hari pertama duduk di mobil selama lebih dari sepuluh bikin mereka pengen nangis dan sempet bikin mereka pengen pulang. Tubuh mereka belum bisa beradaptasi. Beberapa kali mereka merasakan eneg yang luar biasa dan akhirnya jackpot satu kali dalam lima belas jam perjalanan menuju Jogja. *kesiksa banget buat yang orang yang jarang muntah*
Jam sudah menunjukan pukul satu dini hari ketika mereka melangkahkan kaki di Hotel Amaris, Yogyakarta. Perjalanan sepanjang 840 km lebih ini (start dari Sentul) selama dua hari ini membunuh raga dan mental mereka. 

Narsis Dulu Bersama Sahabat Terios 7 Wonders Lainnya

Hari ke-3 (Rabu, 3 Oktober 2013): Yogyakarta – Desa Kinahrejo, Cangkringan.
Tari Jathilan menjadi pembuka pagi kami di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman. Paduan gamelan, satu set drum, dan penari yang memakai kostum warna-warni menarik perhatian anak-anak kecil setempat. Langit pagi itu agak mendung dan anak-anak terlihat sangat betah melihat tarian yang menceritakan tentang kegagagahan pahlawan-pahlawan kita menunggangi kuda pada saat melawan penjajah Belanda. Setelah suguhan kesenian tradisional khas Jawa Tengah itu selesai, Daihatsu melakukan simbolisasi penanaman sepuluh ribu pohon sebagai bentuk Corporate Social Responsibility di lahan yang terkena muntahan lava Merapi.
Tari Jathilan Kesenian Tradisional Asli Jawa Tengah


Desa Kinahrejo yang terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta menjadi pilihan destinasi Hidden Paradise ke-2 dalam perjalanan Terios 7 Wonders. Kenapa? Karena desa wisata ini terkenal sebagai tempat tinggal alm. Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi yang meninggal ketika erupsi Merapi tahun 2010. Untuk mengelilingi desa yang sekarang sudah berubah menjadi area bukit pasir ini, Merapi Land Cruiser Community menyewakan jeep untuk para turis. 

Setelah diujicoba melewati jalur ekstrim Pelabuhan Ratu – Sawarna, tujuh Daihatsu Terios diajak kembali melewati rute bebatuan dan berpasir. Awalnya, jalanan menuju rumah alm. Mbah Maridjan masih normal dan beraspal. Sisanya? Butuh kelihaian pengemudi karena jalanannya licin dengan tebing pasir di kanan kirinya. Kontur medannya pun tidak rata, banyak tanjakan dan turunan yang membuat jantung agak dagdigdug. Ketika lava tour, kita juga sempat melewati jalur berkelok-kelok dengan jurang besar berisi mobil pengeruk pasir yang sedang bekerja. Untungnya, anggota tim Terios 7 Wonders ini adalah jurnalis-jurnalis otomotif yang sudah sering menjajal performa mobil seperti di acara Top Gear, mereka dan teman-teman blogger pun bisa duduk anteng sambil bercanda via HT. Haha..


Hari ke-3 (Rabu, 3 Oktober 2013): Yogyakarta – Desa Kinahrejo, Cangkringan.
Setelah selesai bertualang di medan pasir, mereka dan teman-teman tim Terios 7 Wonders mengunjungi Museum Sisa Hartaku, letaknya di Desa Kepuharjo, sekitar 5 menit perjalanan dengan mobil dari Desa Kinahrejo. Museum ini dulunya adalah rumah Pak Riyanto dan keluarga.

Ketika memasuki halaman depan, tim langsung disambut dengan rangka besi motor Suzuki yang sudah berkarat dan tulang belulang sapi. Menurut Mas Widodo, adik Pak Riyanto yang ditugaskan menjaga museum dan menjadi guide kami saat itu, sapi yang rangkanya dipajang di depan rumah mempunyai arti penting. Dari sapi itulah Pak Riyanto bisa membangun rumah dan menghidupi keluarganya.

Harta Karun Pak Riyanto
 Museum ini tidak memungut biaya, pengunjung yang datang bisa memberi uang seikhlasnya di kotak sumbangan. Seneng deh melihat masih ada yang peduli untuk mendirikan museum walau sebenarnya keluarga Mas Riyanto bisa mendapatkan uang dari barang-barang rongsokannya.

Meskipun singkat karena harus segera bergabung dengan tim, kunjungan ke desa ini membawa mereka bernostalgia ke tiga tahun lalu. Mereka dan beberapa teman lain pernah menjadi saksi mati erupsi Merapi. Kami membantu aparat-aparat lokal untuk mengungsikan warga dan mendistribusikan bantuan berupa pakaian dan makanan. Betapa susahnya membujuk warga untuk mengungsi, lega rasanya waktu tau kalau Pak Riyanto dan keluarga bukan termasuk orang yang susah untuk diajak pindah ke barang pengungsian. Kalau mereka tidak mengungsi ke barak pengungsian tiga tahun lalu, mungkin museum ini tidak pernah ada.

Merapi Area Sebelum dan Sesudah Erupsi

Hari ke-4 & 5 (4-5 Oktober 2013): Yogyakarta – Malang – Desa Ranupani.
Meskipun mereka sudah pernah mengunjungi desa yang terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, mereka  masih saja teriak-teriak kegirangan seperti anak kecil sepanjang perjalanan dari Malang menuju tempat syuting film 5cm itu. Begini nih noraknya kalau anak kota pergi ke desa! 

Semeru From Distance
Perjalanan menuju kediaman Suku Tengger membuat bulu kuduk mereka merinding. Selain karena suhu udara yang sudah mulai menurun, langit sudah gelap ketika tim melewati Lumajang. Seharusnya, jalan menuju Desa Ranupani bisa ditempuh lebih singkat jika lewat Tumpang, namun sayang saat itu jalan sedang diperbaiki dan tim harus memutar dan menambah dua jam lagi lewat Lumajang. Perempuan yang biasanya cerewet di mobil mendadak diam ketika memasuki gerbang “Selamat Datang di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru”. Apalagi waktu tim kami memutuskan untuk turun dan foto-foto sebentar. Suasana makin senyap, mobil lain pun sudah jauh menghilang di depan.

Jalan Berliku Saat menuju Lumajang
Di Ranupani:
“Kalo ke Bromo udah biasa, semua orang tau Bromo. Kalo orang nggak naik Semeru, biasanya jarang ada yang emang sengaja ke Ranupani.” Jawaban Om Toni membuat mereka tersenyum. Mendapat kesempatan bisa berkemah di bawah jutaan bintang di pinggir Danau Ranupani adalah salah satu pengalaman yang paling menyenangkan. Karena akan lebih banyak tinggal di hotel selama road trip, bisa tinggal dekat dan berinteraksi dengan warga lokal menjadi sebuah kemewahan dalam perjalanan ini. Thank you for choosing the right hidden paradise, Terios!


Bangun jam 5 aja udah terang banget euy!

Before sunrise, around 5 am.

Catching the golden moment.

Touring around the village.

Sejauh mata memandang.. sawah semua euy!

My new family! Nggak nyangka, ternyata wartawan otomotif gila-gila semuaaaa. Aku senang!
Kembali menuju destinasi selanjutnya: Baluran!
Kembali menuju destinasi selanjutnya: Baluran!

Hari ke-6 & 7 (6-7 Oktober 2013): Desa Ranupani – Taman Nasional Baluran.
Selepas berdingin-dingin ria di kaki Gunung Semeru, saya dan tim Terios 7 Wonders menuju destinasi  Hidden Paradise ke-4 yang panasnya bisa mencapai 35-38 derajat celcius. Kali ini, si putih bisa istirahat sebentar karena meskipun jalan menuju Baluran adalah campuran jalan aspal, trail, dan bebatuan kerikil, jalannya cenderung rata dan tidak banyak tanjakan atau turunan.

Bertolak belakang dengan Desa Ranupani yang menyuguhkan hamparan permadani hijau, jalan masukmenuju Taman Nasional Baluran dipenuhi dengan pepohonan yang sudah meranggas dan hanya menyisakan ranting-ranting seperti baru terbakar. Yang ada hanya warna coklat dan kuning di sepanjang kanan kiri jalan. Saking kering dan rentannya terhadap api, Mumun yang sudah tiga kali ke sini dan Om Toni (team leader) selalu mengingatkan kepada semua peserta agar tidak membuang puntung rokok sembarangan karena bisa memicu kebakaran.

Karena hari sudah gelap ketika sampai di Baluran, mereka dan teman-teman lain hanya bisa melihat kilatan-kilatan mata rusa dan kerbau  dari kejauhan ketika Pak Indra, salah satu guide mengajak kami  untuk safari malam di Savana Bekol.

“Kapan savananya berubah jadi hijau Pak?” Karena tidak nyaman berjalan dalam gelap, saya memilih berkonsentrasi dengan cerita Pak Indra.
“April sampai Oktober itu masih musim kemarau di sini. Sisanya baru bisa hijau, terutama bulan Desember-Januari.” Menurut Pak Indra, padang rumput yang hijau sudah jarang bisa ditemukan di Baluran, pohon-pohon meranggas karena panas yang berkepanjangan. Sebagai gantinya, semak belukar, bunga kapasan, dan pohon-pohon akasia tumbuh memenuhi Savana Bekol.

Pak Indra juga menambahkan, selain kebakaran, hal yang rawan terjadi adalah perburuan satwa. Para pemburu biasanya masuk dari perbatasan-perbatasan tanpa izin. Tetapi pemburu-pemburu itu berhasil ditangkap karena petugas selalu melakukan patroli.

“Baluran itu surganya mahasiswa Biologi. Mahasiswa ITB sering penelitian di sini, mulai dari merhatiin binatang-binatangnya sampe neliti tanahnya. Asik banget bisa liat merak langsung di alam bebas.”
Meskipun kondisinya sangat minim dan menurut agak tidak terurus, sarana dan prasarana yang ada di Africa van Java ini sudah termasuk lengkap. Ada pusat informasi, wisma penginapan, camping ground, mushola, toilet umum, jalan menuju hutan mangrove, menara pandang untuk melihat savana dari atas, dan pesanggrahan untuk sekedar duduk melihat sunrise/sunset.

 
Pesanggerahan Bekol yang  paginya didatangi banyak monyet. Jangan dikasih makan ya supaya mereka nggak ganas kaya monyet-monyet di Uluwatu.

Taman Nasional Baluran dinamai dari gunung yang ada di dekatnya, yaitu: Gunung baluran.

“A Sunrise is God's way of saying, "Let's start again.”  ― Todd Stocker

Beraksi di Savana Bekol.


Hari ke-8 & 9 (8 Oktober 2013): Denpasar – Mataram (via Pelabuhan Padang Bai – Lembar).
“Horeee, kita ke Lombok!” Mereka berseru kegirangan ketika mobil kami akhirnya memasuki Pelabuhan Padang Bai untuk segera menyeberang ke Lombok. Selama di Bali, sinyal operator saya bertuliskan 3G tapi nggak bisa browsing atau akses internet lainnya. Ternyata, kami sampai di Bali berbarengan dengan meeting tahunannya APEC. Jadi rebutan sinyal deh sama petinggi-petinggi negara itu.

Somewhere near Padang Bai.
Somewhere near Padang Bai.
Jejeran si putih selalu cantik kalau difoto!
Jejeran si putih selalu cantik kalau difoto!

Mereka dan tim Terios 7 Wonders bisa bersantai dua hari terakhir ini karena kerjaan kami cuma nyebrang antar pulau. Tujuh mobil yang setia mengantar kami pun bisa istirahat setelah seminggu kemarin dibawa ke tempat-tempat dengan jalan yang ekstrim. Tapi rasanya ada yang aneh. Karena terbiasa dipadati dengan itinerary mengejar destinasi, diam di kapal selama lima jam perjalanan Bali-Lombok membuat mereka agak linglung. Ngobrol udah, nulis udah, tidur udah, mau nulis di laptop tapi bikin cepet pusing, dan alhasil, mereka nonton episode season terbaru How I Met Your Mother, lumayan bikin ketawa-ketawa sendiri di tengah laut.

Sesampainya di Lombok, waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Tim pun langsung menuju tempat makan terdekat dari bandara. Thank God, we found Rumah Makan & Lesehan Taliwang Kania at Jl. Panca Usaha, near the harbour. Karena sudah di Lombok, ayam taliwang menjadi menu wajib yang kami pesan. Rasanya? Jangan coba-coba memesan yang versi panggang kalau kamu tidak tahan dengan pedasnya lombok Mataram. Pesen yang versi ayam gorengnya saja karena sambalnya dipisah.

I heart Mataram! Waktu pertama kali menginjakan kaki di provinsi Nusa Tenggara Barat ini setahun lalu, mereka  menginap di daerah Senggigi yang sangat sepi. Berbeda dengan daerah pinggir lautnya, saya bisa merasakan detak jantung kotanya ketika menginap di Mataram. Tim setuju dengan pendapat Mumun yang mengatakan “Mataram itu lebih cocok ditempati daripada dikunjungi.” karena tata kotanya rapih.

Sore itu, semua mobil masuk ke bengkel di dealer Daihatsu cabang Mataram dan kami punya waktu bebas yang cukup panjang. Ada yang bobok-bobok cantik, pergi jalan-jalan di sekitar taman, dan saya memilih untuk istirahat sebentar lalu jogging sore. Lumayan dapet 6,5 km. Buat kamu yang suka lari, semua jalan raya di Mataram enak banget buat dijadiin track lari, bahkan jalan rayanya masih bersahabat sekali. Kalau mau yang light, kamu juga bisa lari di Taman Sangkareang yang terletak di Jalan Langko, persis depan Hotel Santika
 
terios 7 wonders - bali lombok 2

Kehidupan pagi hari di Pelabuhan Padang Bai.
terios 7 wonders - bali lombok
Selama perjalanan menuju timur, cuaca selalu cerah. We’re lucky!
terios 7 wonders - bali lombok
Pemandangan dari atas dek kapal.
IMG_3198
The other side of the deck. Spot yang tidak terkena matahari menjadi spot favorit untuk duduk.


Hari ke-10 (10 Oktober 2013): Lombok – Sumbawa (menyeberang via Pelabuhan 
Kayangan – Pototano).

Pagi itu, pukul delapan waktu Indonesia bagian tengah, kami pergi melanjutkan perjalanan ke Pulau 
Sumbawa. Dompu, kota yang terletak di timur Pulau Sumbawa menjadi destinasi Terios 7 Wonders
 Hidden Paradise selanjutnya. Sebelum melewati Selat Alas menuju Sumbawa, tim  menuju 
Pelabuhan Kayangan, letaknya sekitar 2 jam melewati Praya (Lombok Barat) ke arah Lombok Timur.

Lombok tidak hanya membuat mereka jatuh hati dengan desa dan pantai-pantai tersembunyinya, tetapi
juga dengan jalan, tata kota, dan panorama pelabuhannya. Menurut pengamatan mereka, kapal penye
berangan dari Lombok ini termasuk yang paling bersih dari kapal-kapal penyeberangan dari Jawa
dan Bali. Mungkin karena jumlah penumpangnya lebih sedikit dan kapalnya lebih kecil?

Karena perjalanan Lombok – Sumbawa hanya memakan waktu sekitar satu setengah jam, mereka
memutuskan untuk berkeliling kapal dan memotret. Ketika mereka  menghampiri beberapa teman
di samping kapal, ada dua orang backpacker berwajah Eropa yang menarik perhatian mereka
Mereka adalah satu-satunya turis luar yang ada di kapal saat itu.

Pemandangan menuju Pelabuhan Kayangan.
Pemandangan Gunung Rinjadi dalam perjalanan menuju Pelabuhan Kayangan.
Sebentar-sebentar berhenti, Lombok terlalu cantik untuk nggak difoto!
Sebentar-sebentar berhenti, Lombok terlalu cantik untuk nggak difoto!

terios 7 wonders - lombok sumbawa
Pedagang asongan yang sudah standby sejak matahari terbit.
terios 7 wonders - lombok sumbawa
Warna-warni dermaga Pelabuhan Kayangan, Lombok Timur.
A beautiful yellow bench, my favorite spot on the ship.
A beautiful yellow bench, my favorite spot on the ship.
View from behind the captain’s wheel.
Goodbye Lombok, Hello Sumbawa!
Goodbye Lombok, Hello Sumbawa!
Tempat duduk yang tersedia di dalam kapal. Tidak ada ruang VIP karena kapalnya kecil.
.
My last catch of Lombok's view.
My last catch of Lombok’s view.
Pasangan dari Belanda yang sedang berlibur di Indonesia selama 2 minggu. They're heading to Komodo Island.
Bertemu pasangan dari Belanda yang sedang berlibur di Indonesia selama 2 minggu. 
After Jogja & Bali, they’re heading to Labuan Bajo, East Nusa Tenggara.
Mumun dan Mas Puput menjelaskan spot-spot menarik di Flores yang bisa dikunjungi dua turis dari Belanda itu.
Mumun dan Mas Puput menjelaskan spot-spot menarik di Flores yang bisa dikunjungi dua turis 
Dermaga Pelabuhan Pototano, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Dermaga Pelabuhan Pototano, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Si putih akhirnya sampai juga di tempat asal susu kuda liar. :D
Si putih akhirnya sampai di pulau ke-4!
Bersiap-siap menuju Dompu, see you on next post!
Bersiap-siap menuju Dompu

 

Hari Ke-11 sd 14 ( 11 sd 14 Oktober 2013)

Menikmati Alam dan Susu Kuda Liar Sumbawa

Setibanya di Sumbawa setelah melakukan penyebrangan dengan kapal ferry selama 4 jam, rombongan Sahabat Petualang Terios langsung tancap gas menuju kota Dompu untuk mengejar waktu agar tidak terlalu malam tiba di penginapan rombongan di sana. Sepanjang perjalanan menuju Dompu, rombongan kembali dibuat kagum oleh keindahan alam Indonesia.





Jalanan berliku dengan pemandangan pesisir pantai menemani rombongan . Malamnya rombongan tiba di Hotel 
Aman Gati Dompu untuk beristirahat.

 Jumat (11/10) pagi, rombongan langsung melanjutkan perjalanan ke kota Bima. Namun sebelumnya rombongan yang mengendarai 7 unit Daihatsu Terios ini terlebih dulu singgah ke desa Palama untuk mengunjungi pemerahan susu kuda liar. Anak-anak sekolah setempat dengan ramah menyambut kedatangan para Sahabat Petualang Terios.

Saat makan siang di tengah perjalanan menuju Bima, rombongan kedatangan tamu puluhan Daihatsu Feroza dari komunitas Feroza Fans Club. Setelah sempat melakukan foto bersama, mereka pun mengawal rombongan kami menuju Pelabuhan Sape untuk kami menyebrang ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur


Daihatsu Terios Jelajahi Pulau Komodo


Dengan ini berakhir sudah rangkaian perjalanan yang diikuti oleh 7 jurnalis dan 7 travel blogger dengan 7 unit Daihatsu Terios. Rombongan menempuh jarak lebih dari 2500 kilometer.


Perjalanan para Sahabat Petualang menuju Pulau Komodo dimulai dengan bertolak dari Labuan Bajo sebelum matahari tebit, tepatnya pada pukul 05.00 WITA. Dan setelah menempuh perjalanan laut selama 5 jam, tibalah rombongan di pulau tempat bersarangnya binatang-binatang yang menjadi inspirasi Kak Seto dalam membuat serial Si Komo itu.



Di sini, para jurnalis berpisah dengan para blogger yang memiliki agenda acara berbeda. Para jurnalis pun menjelajah Pulau Komodo pada siang harinya dengan dipandu oleh dua orang ranger. Karena terbatasnya waktu, rombongan memilih untuk menjalani Short Trek (tour jarak pendek).

Sepanjang tur rombongan diajak berkeliling melalui jalur pantai dan bukit yang tandus. Rombongan berhasil menjumpai 5 ekor komodo selama tur. Sayangnya, semua komodo yang dijumpai tidak menunjukkan aktivitas apapun dan hanya berbaring di bawah pohon.

Tidak hanya komodo yang rombongan temui selama tour, beberapa ekor rusa juga dengan bebasnya berkeliaran di sekitar rombongan dan komodo. Menurut yang para ranger kepada para Sahabat Petualang Terios, rusa adalah salah satu mangsa utama dari komodo yang populasinya saat ini sekitar 2000 ekor.

Usai tur rombongan pun kembali menyeberang ke Labuan Bajo untuk mengakhiri hari dan beristirahat, sebelum kembali ke Jakarta esok harinya dan mengakhiri rangkaian Terios 7 Wonders Hidden Paradise.

Itulah petualangan perempuan bersama Daihatsu Terios 7 Wonders. Terimakasih buat  Mba Luci - @lucianancy - lucianancy.com  dan Mba Mumun - @munindohoy - indohoy.com  yang telah menginfirasi saya untuk mencoba berpetualang bersama Daihatsu Terios 7 Wondersnya. Mudah-mudahan apa yang saya review ini bisa membawa para blogger lainnya berpetualang walau hanya di dunia maya.
 

11 komentar:

  1. Review yang super komplit...dan membanggakan kaum wanita ! Wanita berpetualang siapa takut ! Sukses Bu !

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Mba Krani Pratiwi : Makasih atas apresiasinya....wanita sekarang kan juga gaul...jadi petualang kan bukan milik kaum adam saja...kita juga bisa seperti mereka semampu dan sebisa kita !
      Salam Sukses buat kita semua !

      Hapus
  2. Seru dan mengasyikan kelihatannya...jadi iri nih kalah sama perempuan !

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Ananda Hammam Pratama: So pasti seru dan mengasyikan ...liat aja hasil dari petualangannya berupa foto-foto yang aduhai ! Makasih udah mau singgah !

      Hapus
  3. Manap deh reviewnya, semoga sukses kontesnya.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Mas Indara Kusuma Sejati: makasih atas apresiasinya.....sukses juga buat mas Indra KS....!

      Hapus
  4. mantab mbak riview nya good luck ya salam .. kunjungi kami juga mbak http://kaarsa.blogspot.com/2013/11/menapak-tilas-perjalanan-sahabat.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Mas Sapar : Makasih udah mau singgah di blogku......siap meluncur ke lokasi ! semoga kita bisa sukses !

      Hapus
  5. wow kren reviewnya ..super lengkap Bu...Semoga Sukses di Lombanya !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Pak Guru udah mampir di blognya Curat Coret Seorang Wanita ! Sukses Juga buat Pak Guru dan semua peserta Lomba Blog...semoga kita bisa kopdar di 50 Finalis...hehehe...berharap !

      Hapus
  6. test drive nya gilaaa banyak banget tujuannya plus jalannya sangaat baguuus sekali (jelek) .wkwkwks terios kereen

    BalasHapus